Minggu, 14 Mei 2006

Melirik Tipe Mahasiswa Di Kampus

Melirik tipe-tipe mahasiswa di kampus

Mahasiswa berasal dari 2 kata yang berbeda yaitu, Maha dan siswa, maha artinya seseorang yang lebih dan siswa bermakna orang yang belajar, jadi mahasiswa adalah orang orang yang belajar lebih banyak tentang kehidupan dan mereka dituntut untuk mengetahui lebih banyak tentang semua disiplin ilmu. Seorang yang dikatakan mahasiswa apabila ia telah menyelesaikan seluru studinya ditingkat pendidikan menengah kemudian melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi baik itu akademi, politeknik, diploma, sekolah tinggi, institut atau perguruan tinggi dan universitas mahasiswa dan sebagainya.

Setelah jatuhnya era orde baru yang di motori oleh angkatan 98, maka perlu dilihat bahwa peranan mahasiswa sampai era millenium sangat berperan bagi perubahan di kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagaimana kita ketahui  sejarah membuktikan bahwa peranan pemuda dan mahasiswa membawa pengaruh yang cukup besar dalam perubahan setiap generasi di muka bumi ini.

Di indonesia, kata persamaan dan persaudaraan sebangsa dan setanah air mulai didengungkan oleh sekelompok pemuda pada tanggal 28 oktober 1928 yang dikenal sebagai hari sumpah pemuda indonesia, setelah moment bersejarah tersebut, pemuda dan mahasiswa mulai melakukan perjuangan diplomasi dan gerilya melawan penjajahan belanda dan jepang di era tahun 1930-1944, setelah tahun tersebut mantan aktivist mahasiswa ITB yaitu Soekarno dan seorang ahli ekonom dari pulau Sumatera yaitu Drs. Muhammad Hatta memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia pada tahun 1945, dimana pada waktu itu otak yang membidani peristiwa sejarah tersebut berasal dari mahasiswa dan pemuda. Setelah kepemimpinan soekarno dianggap tidak konsisten lagi bagi perjuangan bangsa indonesia, maka mahasiswa yang tergabung dari berbagai elemen mulai meneriakkan perubahan pada tahun 1966, maka dikenallah generasi 66 sebagai generasi yang menumbangkan era orde lama, ternyata perjuangan mahasiswa indonesia tidak berhenti begitu saja, setelah menunggu 32 tahun lebih, maka mahasiswa bergerak lagi menumbangkan era orde baru pimpinan Soeharto. 

Lambat laun masyarakat mulai menyadari bahwa peranan mahasiswa dalam membawa perubahan bagi bangsa ini dinilai sangat penting, bahkan seorang soekarno pernah berkata bahwa saya hanya membutuhkan 10 orang pemuda/mahasiswa dari pada seribu prajurit untuk mengguncangkan dunia ini.

Peranan mahasiswa sedikit demi sedikit mulai membawa pengaruh yang begitu berarti bagi masyarakat, maka tak salah kalau mahasiswa di sebut agen of change (agen perubahan).

Di era reformasi, mahasiswa tidak lagi mendominasi dunia perpolitikan di indonesia, banyak mahasiswa mulai merambah kehidupan menyimpang yang digariskan oleh masyarakat, tidak sedikit mahasiswa yang berbuat tindakan kriminal, dan banyak lagi mahasiswa yang mulai melupakan norma-norma masyarakat timur, sex bebas, kumpul kebo, narkoba dan segudang perilaku mahasiswa mulai di kecam oleh masyarakat. Tetapi tidak sedikit pula mahasiswa yang memiliki prestasi, contohnya mahasiswa yang menemukan inovasi atau alau yang berguna bagi masyarakat.

Saat ini kita dapat melihat golongan atau tipe mahasiswa yang berada di kampus, pengelompokan golongan ini berdasarkan fakta yang ada di lapangan tanpa melihat tempat pendidikannya, golongan ini antara lain :
  • Mahasiswa study oriented
  • Mahasiswa Kantin
  • Mahasiswa Aktivist

Seorang mahasiswa yang study oriented / orientasi ke stuidy merupakan tipe mahasiswa yang datang ke kampus, lalu kuliah belajar, setelah itu pulang ke rumah, buka buku dan belajar lagi. Tipe mahasiswa ini dapat dilihat di semua kampus. Pendukung fanatik dari tipe mahasiswa ini adalah orang tua. Mereka sangat menginginkan mahasiswa cepat selesai studynya tanpa perlu memikirkan hal-hal yang dianggap tidak berguna, karena semakin cepat studinya maka semakin cepat pula bekerja di kantor-kantor pemerintah dan PNS merupakan prioritas utama karena masih menjadi jaminan di hari tua. Tipe mahasiswa ini dapat dilihat dengan cepatnya mereka menempuh masa studi mereka.
Mahasiswa kantin adalah mahasiswa yang sangat lekat dengan kehidupan mode dan perkembangan mutakhir yang terjadi di masyarakat, mahasiswa tipe ini cenderung berada di kantin-kantin kampus, bagi mereka obrolan tentang mata kuliah merupakan obrolan nomor dua setelah obrolan mode, seperti obrolan tentang pacar, handphone, film dan kehidupan selebritis, semua di bahas di golongan ini, kabar baiknya tipe mahasiswa ini terlatih dalam pembicaraan di forum, apapun masalah yang menyangkut mode, kalau telah dibahas oleh tipe mahasiswa kantin dapat dipastikan permasalahan tersebut menjadi jelas dan panas. Mereka datang ke kampus pagi-pagi kuliah isi absen, lalu ngumpul di kantin setelah itu pulang ke mall atau toko kaset atau nonton bioskop, setelah itu baru pulang kerumah. Pendukung fanatik dari tipe mahasiswa ini adalah yang punya kantin, karena dagangan mereka laris. Tipe mahasiswa ini membawa perubahan yang sangat berarti, perubahan tersebut antara lain dengan motto kursi kuliah hanyalah tempat yang membosankan sedangkan kursi kantin merupakan kursi yang sangat empuk sehingga mereka rela duduk berjam-jam dikantin sambil menikmati secangkir kopi susu.
Yang terakhir tipe mahasiswa aktivist organisatoris. Tipe mahasiswa inilah yang secara sengaja dan tidak sengaja telah membawa perubahan dalam membangun paradigma berpikir yang positif, tipe mahasiswa ini banyak ditemui di organisasi-organisasi mahasiswa tingkat kampus mereka bergabung di berbagai elemen, unit kegiatan atau lembaga otonomi kampus. Tipe mahasiswa seringkali mengadakan kegiatan-kegiatan yang membawa nama kampusnya, seringkali berdiskusi, mengikuti seminar-seminar dan lain sebagainya. Tipe mahasiswa ini sangat jarang sekali cepat menyelesaikan studinya, hal yang negatif dari tipe mahasiswa ini ialah mereka mengenyampingkan study mereka  namum mengutamakan kehidupan berorganisasi sebagai panduan dalam menempuh kehipan mereka. 

Seorang aktivis seringkali terjun ke jalan hanya untuk meneriakkan turunkan harga bbm, harga sembako dan mengkritik pejabat-pejabat yang dinilai korup. Seorang aktivist mahasiswa juga mempunyai pendukung fanatik yaitu sejarah, karena sejarah membuktikan perubahan di negara ini di arsiteki oleh aktivist mahasiswa sebagimana telah diuraikan di atas.

Ketiga tipe mahasiswa ini, sangat banyak sekali terdapat di dunia kampus manapun, sekarang tergantung dari sudut pandang mana kita melihat perilaku mahasiswa. Karena tidak semua mahasiswa yang berperilaku negatif, penilaian itu kembali ke setiap individu yang menilai kehidupan mahasiswa itu sendiri.


Tulisan Ini pernah dimuat didinding kampus tahun 2006

Kamis, 13 April 2006

Buat Seekor Beruang Di Kampus Merah

BUAT SEEKOR BERUANG DI KAMPUS MERAH

Saat aku masuk ke kampus merah tahun 2001, ada yang membuat aku terpana dengan kehidupan perkuliahan disana yang penuh dengan dinamika dan gairah-gairah sexualitas intelektual, tak lama setelah menjadi mahasiswa baru, aku beranikan diri untuk bergabung ke dalam suatu organisasi kepecintaalaman di kampus ku. Ini lah awal dari semua kehidupan berorganisasiku di bangku kuliah.
Sejak masuk kedalam organisasi, aku banyak sekali menemukan karakter-karakter intelektual yang berbeda-beda. Ada yang idealisme nasionalis, ada yang primordialis modern, dan ada juga kaum penggembira sebuah gerakan. Macam-macam sekali kehidupan di kampus ini. Bahkan ada juga sekelompok mahasiswa yang bergaya tak ubahnya seperti selebriti kampungan. 

Tapi yang menarik bagiku adalah aktivis-aktivis yang keberadaannya di kampus merah ini sangat idealisme sekali, mereka juga turut menjadi saksi dalam perubahan nasib bangsa ini di tahun 1998. dan mereka juga menjadi motor penggerak reformasi di bulan Mei tahun itu.

Aku beruntung bisa kenal dengan sosok Beruang (nama hutan yang diberikan kepada anggota muda di organisasiku), beliau dalam kacamata sosialku sangat dekat sekali dengan perubahan pemikiran yang aku alami di awal-awal studiku. Beruang ini masuk ke kampus merah pada tahun 1995, tahun dimana Indonesia sedang merayakan Kemerdekaannya yang ke 50 tahun. 

Melalui pendekatan secara personal aku mencoba menyelami pemikiran beliau dalam kehidupan berorganisasi (secara tidak langsung aku mencuri ilmu beliau). Banyak hal dan cerita-cerita menarik yang dapat aku terima sebagai bahan renunganku. Tak jarang beliau menasehatiku dengan cara-cara tak lazim. Cerita pendakian gunung yang tak habis-habisnya, pengalaman-pengalaman menjadi instruktur di Pendidikan Dasar, serta perjuangan beliau di tahun 1998 yang berbuah cedera pada organ tubuh beliau. Tapi itu tak menyurutkan semangat beruang ini untuk terus menyusuri sungai-sungai kalimantan, gunung-gunung borneo, pantai-pantai yang ladai di belahan  barat provinsi ini serta tebing-tebing yang cadas untuk di terus di jelajah dan di eksplorasi. Ada satu kemiripan antara aku dan dia, kami sama-sama mempunyai mimpi untuk mencapai Puncak Cartzen Pyramide, entah kapan itu kami bisa wujudkan bersama. 

Diskusi-diskusi yang sering kami lakukan di base camp, membuat aku semakin memahami makna sebenarnya kehidupan berorganisasi tersebut. Baik organisasi yang ada di kampus maupun di luar. Dengan melewati dinding-dinding yang tinggi sehingga aku bisa memanjat dan mencapai tujuan yang aku inginkan.

Beruang ini tak ubahnya seperti Che Guevara di negeri cerutu. Walaupun dalam ruang lingkup yang sempit, kejujuran yang beliau jalani dalam kehidupan berorganisasi di kampus telah mengilhami para pemberontak di organisasi, di fakultas dan di universitas besar di Kalimantan Barat ini. Nama besar beliau saat ini semakin redup oleh perubahan gaya hidup mahasiswa yang berorganisasi di kampusku. Semakin hari sinar yang sempat menyala pada masa-masa yang lalu telah semakin kecil, tapi semangat beliau dalam membawa perubahan dan melahirkan pemberontak-pemberontak intelektual di kampus merah ini telah dibuktikan dengan nyata.

Di saat usiaku semakin senja di bangku perkuliahan aku juga ingin mengucapkan terima kasih pada Sang Beruang. Dengan beliau aku jadi mengerti akan kecilnya peran manusia dalam kehidupan semesta raya ini. Tapi aku yakin suatu saat akan lahir beruang-beruang lain yang pemberani, berdedikasi, dan bersuara lantang tanpa membawa tendensi apapun kecuali kepentingan masyarakat umum di kampus ini. Dan tempat kelahiran tak hanya di rimba belantara yang  merah, tapi juga di hutan-hutan yang hijau, laut-laut yang biru, sungai-sungai yang jernih dan tempat-tempat lain yang bisa melahirkan tokoh-tokoh bangsa yang besar dikemudian hari.

(Tulisan ini dibuat menjelang 8 tahun jatuhnya Rezim Tirani Soeharto, dan di dedikasikan buat aktivis 1998 yang saat ini masih kuliah, sudah sarjana, dan aktivis-aktivis kampus yang masih mampu berteriak lantang dalam idealisme yang tak terkikis)

Pengirim : M. Fajrin (Ular Sawa Kadut)
 Mahasiswa Hukum Pecinta Alam Universitas Tanjungpura
 rien_adrenalin@yahoo.com